Korut-Korsel sepakati pembicaraan resmi

Seoul (ANTARA News) - Korea Utara dan Korea Selatan pada Kamis sepakat melakukan pembicaraan resmi pertama setelah sekian tahun, yang memberikan pertanda kemungkinan penyelesaian masalah perbatasan setelah beberapa bulan ketegangan militer meningkat.

Tawaran mengejutkan dilontarkan Pyongyang itu akan menyangkut pembicaraan tentang perdagangan dan masalah kemanusiaan, mulai dari pembukaan kembali kompleks industri gabungan hingga penyatuan kembali keluarga terpisah.

Tanpa diduga, Korea Selatan pun memberikan jawaban cukup cepat dan meminta perundingan tingkat menteri bisa dilakukan pada 12 Juni di Seoul, serta mendesak Korut untuk membuka kembali saluran komunikasi bagi diskusi tingkat pelaksana mulai Jumat.

"Saya harap... dialog itu akan memberikan momentum bagi Korsel dan Korut untuk mengembangkan hubungan berdasar saling percaya," kata Menteri Unifikasi Korsel Ryoo Kihl-Jae dalam pernyataannya di sebuah stasiun televisi.

China yang merupakan pendukung utama Korut memberikan tanggapan positif.

"China senang dan menyambut baik bahwa (Korsel dan Korut) sepakat memperbaiki hubungan dan dialog," kata jurubicara Kementerian Luar Negeri Hong Lei dikutip AFP.

Pengamat juga menyambut baik perkembangan tersebut namun mengingatkan bahwa dialog tersebut bisa memunculkan poin-poin yang tak bisa diatasi.

"Saya rasa ini adalah upaya Korut untuk mengambil inisiatif, namun terlalu dini untuk mengatakan apakah tawaran ini akan mengarah pada dialog yang tulus," kata Yang Moo-Jin, profesor Universitas North Korean Studies di Seoul.

Hubungan resmi antara Seoul dan Pyongyang telah dibekukan sejak Korsel menuduh Korut menembak dengan torpedo salah satu kapal perangnya pada Maret 2010 sehingga menelan 46 korban jiwa.

Pada April dan Mei, ketegangan meningkat hingga mencapai level mengkhawatirkan karena Korut yang marah dengan latihan militer gabungan Seoul-AS serta sanksi yang dikenakan AS semenjak negara tersebut melakukan tes nuklir pada Februari, mengancam akan melancarkan serangan nuklir.

Keadaan kembali mereda dalam beberapa pekan ini, dengan kedua pihak berkutat soal ide membuka kembali dialog.

Usulan Korut yang disampaikan dalam satu pernyataan Komite untuk Reunifikasi Damai Korea (CPRK) menyebutkan bahwa tempat dan waktu pembicaraan "bisa ditetapkan sesuai keinginan pihak Selatan".

Masalah pertama akan dibicarakan adalah kawasan industri gabungan Kaesong yang ditutup di puncak ketegangan, serta dibukanya kembali tur lintas batas ke resor Gunung Kumgang di Korut, kata CPRK.

Isu kemanusiaan seperti penyatuan keluarga yang terpisah setelah Perang Korea 1950-1953 juga akan dibicarakan.

CPRK mengatakan dengan adanya taggapan positif asal usulan tersebut, Korut kemungkinan akan mencabut kembali langkah yang telah diambilnya saat ketegangan memuncak pada April, termasuk memulihkan kembali saluran komunikasi lintas batas.

Presiden Korsel Park Geun-Hye menyambut baik sikap Korut dan mengatakan, "Saya harap ini akan menjadi momentum bagi Korsel dan Korut untuk memecahkan berbagai masalah... melalui dialog dan membangun kepercayaan."

Namun Park juga menegaskan --dengan dukungan AS-- bahwa pembicaraan substantif perlu komitmen Korut untuk tidak melanjutkan program senjata nuklirnya.

Pyungyang terus bersikeras bahwa masalah nuklir tidak akan menjadi bahan untuk dinegosiasikan.

"Akan ada beberapa masalah dalam mengatur agenda, dan wajar saja kalau kita meragukan ketulusan Utara," kata Paik Hak-Soon, pengamat pada Sejong Institute di Seoul.

"Namun ini merupakan perubahan arah yang strategis oleh Utara dan saya rasa memberikan sebuah kesempatan baru," kata Paik.

Kompleks Kaesong yang dibangun di dalam wilayah Korut pada 2004 merupakan korban paling buruk akibat ketegangan dua negara baru-baru ini.

Kaesong dibangun sebagai buah kebijakan rujuk antar-Korea "Kebijakan Matahari Bersinar" pada akhir 1990an oleh Presiden Korsel Kim Dae-Jung dan menjadi sumber keuangan penting bagi Korut, melalui pajak dan pemasukan serta pemotongan upah buruh.

Operasi kawasan industri tersebut terhenti setelah Korut menarik keluar 53 ribu pekerjanya pada April. Diikuti kemudian oleh Korsel yang menarik manajer-manajer serta pejabat lain.

Asosiasi pengusaha Korsel yang memiliki pabrik di Kaesong menyambut baik usulan Korut dan mendesak segera dilakukan dialog.

Resor Gunung Kumgang yang dibangun oleh Hyundai Asan dari Korsel dibuka pada 1998 sebagai simbol rekonsiliasi. Kawasan itu memberikan pemasukan puluhan juta dolar per tahun bagi Korut.

Namun Seoul menangguhkan perjalanan warganya ke kawasan itu setelah tentara Korut menembak mati seorang perempuan Korsel di kawasan itu pada Juli 2008. Sebagai balasan, Korut membatalkan kesepakatan dengan Hyundai Asan dan menyita propertinya di sana.

Sementara itu ratusan ribu anggota keluarga masih terpisah akibat Perang Korea dan upaya penyatuan terakhir terjadi pada 2010.

Hampir 80 ribu warga di Korsel masih berada dalam daftar tunggu untuk dipertemukan jika upaya penyatuan keluarga itu diaktifkan kembali.

(S022/B002)

View this post on my blog

0 comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog