Al-Jazeera: kantor Taliban di Doha dibuka Selasa

Doha (ANTARA News) - Sebuah kantor Taliban, yang disebut-sebut akan membantu memfasilitasi pembicaraan antara kelompok militan itu dan pemerintah Afghanistan, akan dibuka Selasa di Doha, siar televisi Al-Jazeera yang berpusat di Qatar, Senin.

Al-Jazeera mengutip sumber-sumber yang tidak disebutkan untuk laporannya itu dan tidak memberikan penjelasan terinci lebih lanjut mengenai hal itu, lapor AFP.

Namun, seorang juru bicara Taliban di Kabul mengatakan, ia "tidak tahu" mengenai perkembangan itu.

Pada April, Presiden Afghanistan Hamid Karzai mengatakan, pembukaan kantor Taliban di Doha bisa "memfasilitasi proses perdamaian".

Ia menyampaikan pernyataan itu dalam wawancara dengan Al-Jazeera setelah pembicaraan di Doha dengan para penguasa negara kaya minyak Teluk Qatar.

Karzai sebelumnya menentang pembentukan kantor Taliban di Qatar karena khawatir pemerintahnya akan dikecualikan dari perjanjian perdamaian yang melibatkan kelompok garis keras itu dan AS.

Upaya-upaya untuk memulai perundingan perdamaian antara Taliban dan pemerintah Afghanistan sejauh ini gagal. Kelompok gerilya itu menolak berunding dengan Presiden Hamid Karzai, yang mereka anggap sebagai boneka AS.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara dikirim ke Afghanistan untuk membantu pemerintah Kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.

Pada Oktober 2011, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan.

Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.

NATO bertujuan melatih 350.000 prajurit dan polisi Afghanistan pada akhir 2014 untuk menjamin stabilitas di negara itu, namun tantangan-tantangan tetap menghadang dalam proses peralihan itu.

Desersi, penugasan yang buruk dan semangat rendah termasuk diantara masalah utama yang menyulitkan para komandan NATO dan Afghanistan.(M014)

View this post on my blog

0 comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog