Indonesia berikan contoh dalam kelautan

Nusa Dua (ANTARA News) - Direktur Pertanian dan Pengembangan Pedesaan Bank Dunia, Juergen Voegele mengatakan, Indonesia memberikan contoh dalam menyorot berbagai masalah kelautan dengan menggelar konferensi terkait ketahanan pangan.

"Indonesia memberi contoh dengan berpikir global dan bertindak lokal," kata Juergen Voegele dalam pembukaan "Asia Conference on Oceans, Food Security, and Blue Growth" (ACOFB) yang digelar di Nusa Dua, Bali, Selasa.

Menurut Juergen, konferensi berskala regional yang digelar Indonesia itu akan mengingatkan bahwa banyak negara di kawasan Asia-Pasifik yang menghadapi permasalahan seperti stok ikan dan polusi perairan.

Ia mengakui, selama ini komunitas internasional dapat dinilai gagal karena berbagai upaya selama beberapa dasawarsa terakhir dinilai tidak berhasil dalam mengatasi hal tersebut secara signifikan.

Untuk itu, ujar dia, penting bagi berbagai pihak untuk membuat model yang menekankan inklusivitas yang melibatkan berbagai pihak dalam upaya guna melakukan transformasi.

"Perlu adanya kemitraan antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta," katanya.

Kedaulatan pangan

Sebelumnya, Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) menyatakan, Indonesia seharusnya dapat melangkah menuju kepada tahap kedaulatan pangan bila berbagai persoalan terkait ketahanan pangan telah diselesaikan baik termasuk di sektor kelautan dan perikanan.

"Mestinya Indonesia beranjak dari ketahanan pangan menuju kedaulatan pangan," kata Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) Abdul Halim, Selasa.

Menurut Abdul Halim, naiknya impor ikan sebesar 36,13 persen dari tahun 2007 hingga 2011 menunjukkan bahwa republik bahari seperti Indonesia masih mengalami persoalan besar dalam penyediaan pangan perikanan.

Terlebih, lanjutnya, konsumsi ikan nasional terus meningkat selama lima tahun terakhir.

"Ada kekeliruan dalam pengelolaan sumber daya perikanan. Produksi perikanan tinggi, namun di saat yang sama kuota impor perikanan juga meningkat," katanya.

Abdul Halim juga mengatakan, hal tersebut diperparah dengan munculnya aturan yang membolehkan "transhipment" (alih muatan di tengah laut) bagi kapal penangkap ikan bertonase 1.000 GT.

View this post on my blog

0 comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog