Uni Afrika Sarankan Mesir dan Etiopia Saling Bicara

KOMPAS.com — Uni Afrika (UA) menyarankan Etiopia dan Mesir saling bicara demi mencari solusi bersama pemanfaatan air Sungai Nil. Sebagaimana warta sebelumnya, Mesir bereaksi terhadap rencana Ethiopia membangun dam di Sungai Nil Biru.

Menurut warta AFP pada Rabu (12/6/2013), Etiopia akan menamai dam itu Grand Renaissance. "Kedua pihak harus saling bicara karena keduanya membutuhkan air dari Sungai Nil," kata Ketua Komisi UA, Nkosazana Dlamini-Zuma.

Catatan menunjukkan pihak Mesir mengklaim mempunyai sejarah peraturan pemanfaatan air Sungai Nil dalam dua perjanjian yang diteken pada 1929 dan 1959. Dua peraturan itu memberi izin Mesir untuk memanfaatkan 87 persen aliran air sungai itu. Kedua peraturan itu memberikan veto bagi Mesir untuk pengelolaan air sungai.

Kendati begitu, ada hal berubah dalam perjanjian pada 2010 yang meliputi negara-negara di bantaran Sungai Nil, termasuk Etiopia. Di dalam peraturan itu, pekerjaan pemanfaatan Sungai Nil tak harus melewati persetujuan Kairo.

Etiopia sebelumnya mengatakan kalau pembangunan dam tidak akan berpengaruh pada aliran air sungai menuju Mesir meski posisi geografis Etiopia ada di atas Mesir.

Rencananya, Dam Grand Renaissance bakal rampung pada 2016. Dam dengan pembangkit listrik tenaga air itu bakal menghasilkan 700 megawatt listrik. Kalau hal ini terwujud, Dam Grand Renaissance bakal menjadi dam dengan kapasitas pembangkit listrik terbesar di Afrika.

Etiopia akan mengekspor listrik ke negara-negara tetangga, seperti Sudan, Djibouti, dan Kenya. Sungai Nil Biru dan Nil Putih menyatu di Sudan untuk kemudian mengalir melalui Mesir.

 

Editor : Josephus Primus

View this post on my blog

0 comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog