Ruhut: Harga Jengkol Naik, Petai Jangan Ikutan Dong...

JAKARTA, KOMPAS.com - Politisi Partai Demokrat Ruhut Sitompul mengaku miris dengan kenaikan harga jengkol yang terjadi di beberapa wilayah di Jawa. Namun demikian, Ruhut mengaku tak terlalu mempermasalahkan kenaikan harga jengkol. Ruhut justru protes jika harga petai, makanan favoritnya, ikut-ikutan naik.

"Kami ya miris, paling tidak jengkol kan makanan favorit orang Indonesia. Tapi kalau aku si Raja Petai, jadi nggak masalah. Asalkan petai jangan ikutan naik dong," seloroh Ruhut di Kompleks Parlemen, Rabu (5/6/2013).

Politisi yang kerap berakting di layar kaca itu mengatakan naiknya harga jengkol sebenarnya bisa diambil hikmah bagi masyarakat Indonesia. Bagi para penikmat jengkol, Ruhut menyarankan untuk menyetop konsumsi jengkol terlebih dulu untuk menjaga kesehatan.

"Jengkol itu kalau kebanyakan juga nggak bagus, bisa rusak ginjal. Jadi ada bagusnya juga naik," imbuh pemeran tokoh Si Poltak ini.

Lebih lanjut, Ruhut menduga bahwa kenaikan harga jengkol ini karena ada ulah para spekulan menjelang kenaikan harga BBM. Meski jengkol tak terkena dampak langsung kenaikan BBM, Ruhut memperkirakan bisa saja ada pihak yang sengaja mengambil untung.

Seperti diketahui, harga jengkol di pasar-pasar tradisional di Jawa mulai merangkak naik. Di Magelang, Jawa Tengah misalnya, harga jengkol per kilogram bisa mencapai Rp 50.000,-. Padahal, harga normalnya hanya berkisar Rp 15.000-Rp 20.000,-. Tak hanya jengkol, harga petai di Malang, Jawa Timur juga ikut naik akibat kelangkaan. Harga petai kini bahkan sampai Rp 100.000,- per kilogram melebihi harga daging ayam Rp 90.000,- per kilogram. Akibat fenomena ini, beberapa penjual makanan pun mengeluh karena kenaikan harga bisa mempengaruhi kelangsungan bisnisnya.

Editor : Caroline Damanik

View this post on my blog

0 comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog