Melihat dari Dekat Proses Bertelur Penyu Hijau di Pulau Derawan

Samarinda, - Indonesia dikenal kaya satwa langka baik di perairan lautnya maupun daratan. Penyu Hijau (Chelonia Mydas) di perairan laut Pulau Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, misalnya. Namun begitu, telur yang dihasilkannya kian terancam diperjualbelikan. Bagaimana proses bertelur si Penyu Hijau?

Detikcom berkesempatan mengunjungi Pulau Derawan bersama 19 media lainnya, dalam kegiatan Media Gathering Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Timur, 31 Mei-2 Juni 2013. Menggunakan speedboat dari kota Tarakan sekitar pukul 13.30 WITA, akhirnya rombongan pun tiba 3 jam kemudian, Jumat (31/5/2013) kemarin.

Sebuah keberuntungan, Detikcom bersama sejumlah media lainnya bisa menyaksikan secara langsung proses bertelur Penyu Hijau. Padahal, tidak semua pengunjung Pulau Derawan bisa menyaksikan momen yang terbilang langka itu.

Pada malam harinya, sekitar pukul 23.00 WITA malam, media mendapatkan kabar dari petugas Konservasi Penyu Hijau WWF Indonesia di Pulau Derawan, bahwa seekor penyu sedang berada di pinggir pantai untuk bertelur. Kontan, momen langka itu menarik perhatian wartawan saat itu.

Ya, seekor Penyu Hijau, sedang bertelur di dalam lobang pasir putih yang digali sang penyu itu sendiri sedalam kurang lebih 60 cm. Agar tidak mengganggu proses bertelur, wartawan petugas konservasi agar tidak melakukan penerangan cahaya di depan sang penyu saat bertelur.

"Itu bisa membuat dia stres, tidak konsentrasi saat bertelur," kata Project Coordinator WWF Indonesia-Berau untuk Program Penyu, Rusli Andar, kepada wartawan Sabtu (1/6/2013).

Setelah tuntas bertelur 1 jam, menggunakan keempat kaki tangannya, sang penyu berusaha untuk menutupi kembali telurnya dengan pasir. Uniknya, penyu menutupi lobang bekas semaksimal mungkin agar tidak meninggalkan jejak bekas penggalian.

"Untuk mengelabui siapapun, termasuk manusia agar tidak mengambil telurnya," ujar Rusli.

Penyu Hijau yang didokumentasikan kali ini, merupakan penyu yang berasal dari Pulau Derawan sendiri, dengan melihat penandaan kode bernomor yang dipasang di lengan sang penyu. Penyu itu memiliki panjang 98,1 cm dan lebar 86 cm dengan usia sekitar 30 tahun. Yang menarik, meski berasal dari Pulau Derawan, si penyu mencari makan tidak di sekitar Pulau Derawan.

"Dia bisa mencari makan di perairan laut Filipina, juga Malaysia. Dia bisa berenang ribuan kilometer. Demikian halnya penyu Filipina, dia bisa mencari makan di Pulau Derawan atau pulau sekitar Derawan," sebut Rusli.

"Setelah bertelur sekarang ini, 11 hari kemudian dia akan kembali lagi untuk bertelur. Karena penyu dalam 3 bulan, bisa 6 kali bertelur. Sekali bertelur bisa berjumlah 130 telur," terangnya.

"Dalam catatan kita, di kepulauan Derawan dan Sangalaki ada sekitar 2.000 penyu dari tahun 2003 dan di Pulau Sangalaki sejak 2002," tambahnya.

Meski begitu, tidak semua telur yang dihasilkan Penyu Hijau menjadi tukik. Itu disebabkan karena pencurian oleh masyarakat yang tidak bertanggungjawab maupun suhu di dalam pasir yang digalinya.

"Rata-rata sekitar 54 kemudian baru menetas. Keberhasilan penetasan hanya bisa 100 tukik (anak penyu). Untuk menetas, di dalam pasir dibutuhkan suhu udara sekitar 29-31 derajat celcius," kara Rusli.

"Kita hitung bersama, ada 89 telur. Telur ini perlu kita relokasi dari lubang awal agar bisa jadi tukik. Lubang baru dibuat agar tidak dikenali. Lubang baru yang kita buat juga harus sebisa mungkin tidak dikenali penduduk di Pulau Derawan ini atau yang berkunjung ke sini," tutupnya.

Setelah berhasil menutupi bekas lubang galiannya, sang penyu pun bergerak kembali menuju laut. Jalan dia menuju laut sebagai habitatnya dituntun oleh cahaya bulan malam itu. Dia pun akan kembali 11 hari mendatang untuk kembali bertelur. Mari selamatkan kelangsungan Penyu Hijau. Kalau bukan kita, siapa lagi?

Hati-hati. Perampas sepeda motor menyasar remaja ABG. Seperti apa modusnya?? Tonton Reportase Investigasi TRANS TV, Minggu, jam 17.00 Wib.

(rmd/rmd)



Powered By WizardRSS.com | RFID Wallet Blocking Cards

View this post on my blog

0 comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog