Bus di gurun Irak disergap, 15 tewas

Anbar, Irak (ANTARA News) - Sejumlah orang bersenjata menyerang sebuah bus dan membunuh 15 penumpang di jalan gurun terpencil di Irak, Rabu, di tengah meningkatnya kekhawatiran mengenai kembalinya perang saudara karena kekerasan sektarian di negara itu.

Para pejabat menuduh Al Qaida bertanggung jawab atas serangan tersebut, dimana menurut mereka 10 polisi perbatasan dan lima warga setempat dibunuh di daerah antara Anbar dan Kerbala, lapor Reuters.

Belum jelas apakah korban-korban itu orang Syiah atau Sunni.

"Teroris-terroris itu memburu orang di jalan ini dan membunuh karena paham keagamaan," kata Jassim al-Khuttabi, wakil ketua dewan provinsi Kerbala.

"Kami tahu bahwa sel-sel Al Qaida bekerja di sana," tambahnya.

Kelompok Al Qaida "Negara Islam Irak" dan militan-militan lain meningkatkan serangan mereka dalam upaya mengobarkan perang sektarian.

Irak dilanda gelombang serangan yang menewaskan lebih dari 600 orang pada Mei, yang meningkatkan kekhawatiran mengenai kembalinya konflik sektarian besar.

Kekerasan itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.

Lebih dari 450 orang tewas dalam kekerasan pada April, sementara jumlah kematian pada Maret mencapai 271.

Sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.

Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.

Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.

Pejabat-pejabat Irak mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Wakil Presiden Tareq al-Hashemi pada 19 Desember 2011 setelah mereka memperoleh pengakuan yang mengaitkannya dengan kegiatan teroris.

Puluhan pengawal Hashemi, seorang pemimpin Sunni Arab, ditangkap dalam beberapa pekan setelah pengumuman itu, namun tidak jelas berapa orang yang kini ditahan.

Hashemi, yang membantah tuduhan tersebut, bersembunyi di wilayah otonomi Kurdi di Irak utara, dan para pemimpin Kurdi menolak menyerahkannya ke Baghdad.

Pemerintah Kurdi bahkan mengizinkan Hashemi melakukan lawatan regional ke Qatar, Arab Saudi dan Turki. (M014)

View this post on my blog

0 comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog