BMKG: cuaca tujuh kota di Sumsel berawan

Palembang (ANTARA News) - Kondisi cuaca di tujuh kota wilayah Provinsi Sumatera Selatan diprakirakan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika setempat berawan, enam kota hujan ringan, serta dua kota lainnya berpotensi hujan dengan intensitas sedang.

"Berdasarkan pengamatan melalui satelit cuaca, ketujuh kota yang diprakirakan hari ini berawan yakni Kota Baturaja, Prabumulih, Indralaya, Sekayu, Musi Rawas, Tebingtinggi, dan Lubuklinggau," kata Kasi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi Kenten BMKG Sumatera Selatan Indra Purnama di Palembang, Kamis.

Sedangkan enam kota dari 15 kabupaten/kota di Sumsel yang kondisi cuacanya diprakirakan berpotensi hujan ringan yakni Kota Palembang, Muara Enim, Lahat, Pagaralam, Martapura, dan Muaradua, kemudian dua kota yang diprakirakan hujan sedang yakni kota Kayu Agung, dan Pangkalanbalai.

Beberapa kota yang diprakirakan berawan memiliki suhu udara berkisar 23 hingga 33 derajat Celcius, kelembaban udara berkisar 56 hingga 96 persen, kecepatan angin sekitar 25 kilometer per jam dengan arah angin sebagian besar menuju barat daya, kecuali Kota Musi Rawas, Sekayu, dan Prabumulih arah angin daerah ini menuju selatan.

Sementara kota yang diprakirakan mengalami hujan ringan memiliki suhu udara berkisar 23-32 derajat Celcius, kelembaban udara berkisar 64-97 persen, kecepatan angin sekitar 25 km/jam dengan arah angin sebagian besar menuju selatan kecuali Kota Muara Enim, dan Martapura arah angin daerah ini menuju barat daya.

Kemudian dua kota yang berpotensi diguyur hujan sedang diprakirakan memiliki suhu udara berkisar 23-32 derajat Celcius, kelembaban udara berkisar 63-96 persen, kecepatan angin sekitar 30 km/jam dengan arah angin Kota Kayu Agung menuju selatan dan Kota Pangkalanbalai arah angin daerah ini menuju barat daya, katanya.

Dijelaskannya, wilayah provinsi yang memiliki 8,6 juta jiwa ini pada Juni 2013 mulai memasuki musim kemarau, namun masih terdapat cukup banyak hujan atau sering disebut kemarau basah.

"Kemarau basah disebabkan karena terjadi fenomena la nina lemah dan dipole mode negatif serta hangatnya temperatur perairan Indonesia yang menyebabkan masih tersedianya uap air," ujar Indra pula.

View this post on my blog

0 comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog