Suriah menolak didikte dalam pertemuan perdamaian

Damaskus (ANTARA News) - Pemerintah Suriah dan sekutunya menolak dikte dalam bentuk apa pun pada pertemuan perdamaian antarbangsa, khususnya mengenai undur diri Presiden Bashar al-Assad, kata menteri.

Oposisi Suriah dan beberapa sekutunya berulang kali meminta Bashar mundur untuk mengakhiri sengketa berdarah, yang bergolak di Suriah lebih dari dua tahun.

"Suriah tidak akan menerima dikte dalam bentuk apapun dan teman-temannya juga tidak akan menerimanya," kata Wakil Menteri Luar Negeri Faisal Muqdad dalam sebuah wawancara dengan televisi pemerintah Suriah Al-Ikhbariya Selasa malam, seperti yang dilaporkan AFP.

Sekutu kunci Suriah, Rusia dan Iran, telah mendukung desakan Damaskus bahwa isu mundurnya Bashar tidak akan dibahas.

Pada Selasa, Menteri Informasi Suriah Omran al-Zohbi juga mengatakan isu mundurnya Bashar tidak untuk dibahas.

"Kami tidak akan membiarkan siapa pun untuk menetapkan syarat bagi kami ... yang mempengaruhi prinsip kedaulatan," katanya dengan menambahkan bahwa masa depan pemimpin adalah isu "rakyat Suriah dan pemungutan suara."

Suriah dijadwalkan menggelar pemilihan umum presiden pada tahun 2014.

Pekan lalu di Moskow, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengumumkan rencana untuk menyelenggarakan konferensi perdamaian baru yang bertujuan untuk memetakan jalan menuju transisi politik di Suriah dan mengakhiri konflik berdarah yang sekarang memasuki tahun ketiga.

Muqdad juga menggunakan wawancara itu untuk mengkritik pendukung oposisi Suriah termasuk Arab Saudi, Turki dan Qatar.

"Keberhasilan suatu konferensi internasional ... untuk mencapai solusi politik bagi krisis tergantung pada itikad baik dari mereka yang mendukung terorisme," katanya menggunakan istilah rezim untuk menggambarkan pemberontakan melawan Pemerintahan Bashar.

"Mengakhiri terorisme dan kekerasan adalah penting untuk mengakhiri krisis," tambahnya.

Perang di Suriah sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 94 ribu orang, menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.

Konflik itu juga telah mengakibatkan 4,2 juta orang rakyat Suriah mengungsi, sementara lebih dari 1,2 juta orang tinggal sebagai pengungsi di luar negeri.

Penerjemah: GNC Aryani

View this post on my blog

0 comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog