Sering Marah Perburuk Kesehatan Jantung

LEDAKAN kemarahan yang intens meningkatkan risiko seseorang terkena serangan jantung, sebuah studi baru menemukan. Semakin besar kemarahan, semakin besar risiko infark miokard akut (AMI), atau umumnya dikenal sebagai serangan jantung.

Disebutkan dalam The Americcan Journal of Cardiology, seperti dikutip laman mydailyhealth, ada hubungan antara intesnsitas kemarahan dan serangan jantung.

"Ledakan kemarahan berhubungan dengan peningkatan mendadak kondisi kardiovaskular, namun belum diketahui apakah tingkat kemarahan yang lebih besar berhubungan dengan meningkatnya risiko AMI; atau apakah faktor termodifikasi berpotensi mengurangi risiko jangka pendek AMI," kata Tim menulis dalam The Journal of Cardiology Americcan.

Para peneliti menganalisis data dari multicenter "Determinants of Myocardial Infarction Onset Study" terkait kecocokan jumlah dan intensitas kemarahan dalamwaktu dua jam sebelum gejala serangan jantung.

Dari 3.886 peserta yang diteliti, 38 persen relawan melaporkan cenderung sering marah meledak-ledak dalam jangka satu tahun sebelumnya.

Tim menemukan, risiko terkena serangan jantung pada kelompok ini sekitar 2,43 kali lebih tinggi dibanding mereka yang jarang marah, namun meluapkan kemarahan dalam jangka dua jam.

Semakin tinggi tingkat kemarahan, makin tinggi pula risikonya. Bahkan disebutkan risiko terkena serangan kardio empat kali lebih besar saat tingkat kemarahan pada puncaknya, Reuters melaporkan.

Secara keseluruhan, tim menemukan bahwa risiko serangan jantung adalah sekitar 1,7 kali lebih tinggi pada orang yang merasa marah moderat; 2,3 kali lebih tinggi pada orang begitu marah bahwa tubuh mereka menegang, gigi gemeretak, dan tinju mengepal; dan 4,5 kali lebih tinggi pada orang yang marah dengan mereka melemparkan benda atau kehilangan kontrol, Reuters menambahkan.

Kemarahan, disebutkan, paling sering disebabkan oleh masalah di rumah atau tempat kerja, atau karena stres berkendara di jalan raya.

"Asosiasi yang ditemukan, yakni peningkatan yang konsisten akan intensitas kemarahan; bukan berarti kemarahan meningkatkan risiko," kata pemimpin penulis Elizabeth Mostofsky Reuters.

Dr James O'Keefe, seorang ahli jantung di Rumah Sakit St Luke di Kansas, AS yang tidak terlibat dalam studi ini, mengatakan bahwa hasil studi tersebut "masuk akal."

Kemarahan menimbulkan rilis hormon epinephrine dan norepinephrine pada tubuh, yang pada gilirannya meningkatkan tekanan darah dan denyut nadi, menyempitkan pembuluh darah, dan meningkatkan risiko pembentukan bekuan darah.

(Linda Putri/CN33)

Bagi Anda pengguna ponsel, nikmati berita terkini lewat http://m.suaramerdeka.com
Dapatkan SM launcher untuk BlackBerry http://m.suaramerdeka.com/bb/bblauncher/SMLauncher.jad

View this post on my blog

0 comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog