Presiden Tetap ke AS untuk Terima Penghargaan

JAKARTA, KOMPAS.com - Pihak Istana Kepresidenan RI melalui Staf Khusus Presiden bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah mengunglapkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan tetap berangkat ke Amerika Serikat. Salah satu agendanya adalah menerima penghargaan sebagai World Statesman Award dari organisasi nirlaba Appeal of Conscience Foundation (ACF). Meski pun, penghargaan yang akan diberikan kepada Presiden ini menuai protes dari sejumlah kalangan di dalam negeri.

"Penghargaan itu atas berbagai capaian Presiden SBY dalam 9 tahun terakhir, utamanya dalam memajukan masyarakat yang demokratis, ikut menciptakan tatanan internasional yang lebih damai, dan dalam mendorong kemajuan yang lebih besar atas penghormatan HAM, kebebasan bergama dan hubungan antar-peradaban," kata Faizasyah, Sabtu (25/5/2013).

Menurut dia, penilaian seperti ini juga sudah pernah disuarakan oleh banyak tokoh dunia, seperti Presiden AS Barack Obama, Presiden Mesir Mursi, Presiden Ceko Slovakia Ivan Gasparopic, Presiden Korsel Lee Myung-bak, dan Presiden Argentina Christina Fernandez de Kitchener.

"Dalam Indonesia yang demokratis, protes boleh-boleh saja asalkan proporsional tidak pukul rata dan menisbikan upaya kesinambungan pemerintahan Presiden SBY memelihara kebhinekaan dan toleransi," ujarnya.

Faizasyah mengatakan, tidak elok apabila penolakan dipaksakan dengan mengacu pada kasus-kasus tertentu di daerah, yang penanganannya telah dimediasi oleh pemerintah pusat.

Presiden SBY  didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono mulai Senin (27/5/2013) akan melakukan kunjungan kerja ke Swedia dan Amerika Serikat. Kunjungan diawali dengan kunjungan kenegaraan ke Stockholm, Swedia, dan dilanjutkan dengan menghadiri Panel Tingkat Tinggi PBB Mengenai Agenda Pembangunan Pasca 2015 (UN High-Level Panel of Eminent Persons on the Post-2015 Development Agenda), yang akan mengadakan pertemuan ke-5 di Markas Besar PBB di New York pada 29 – 30 Mei 2013, di New York, Amerika Serikat. Di sela-sela acara ini Presiden SBY akan memperoleh penghargaan dari ACF.

Protes

Sebelumnya, Pakar Etika Politik Sekolah Tinggi Filsafat Diyarkara, Romo Franz Magnis Suseno SJ, menyampaikan protes atas rencana pemberian penghargaan negarawan dunia 2013 atau "World Statesman Award" kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Magnis yang dihubungi Kompas.com, Jumat (17/5/2013), membenarkan bahwa dirinya mengirim surat protes kepada ACF. Surat dikirim ke ACF melalui e-mail pada Rabu (15/5/2013), setelah dirinya mendengar rencana pemberian penghargaan itu dari media massa. Hingga saat ini, kata dia, belum ada tanggapan dari ACF.

"Presiden mau diberi penghargaan saya tidak ada komentar. Tapi kalau disebut penghargaan karena jasanya memajukan toleransi, saya sangat keberatan. Selama hampir 10 tahun toleransi keagamaan di Indonesia berkurang," kata Magnis.

Dalam suratnya Magnis menulis, penghargaan itu hanya akan membuat malu ACF. Menurut Magnis, selama 8,5 tahun kepemimpinan Presiden Yudhoyono, kaum minoritas Indonesia justru berada dalam situasi tertekan. Presiden bahkan tidak pernah memberikan seruan sepatah kata pun kepada rakyatnya untuk menghormati hak-hak kaum minoritas.

 

Editor :

Inggried Dwi Wedhaswary

View this post on my blog

0 comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog